Ketika Malaysia melakukan klaim-klaim
sepihak terhadap seni budaya yang kita akui sebagai budaya warisan bangsa
Indonesia, banyak di antara kita yang terusik rasa nasionalismenya, dan
kemudian banyak yang melakukan aksi-aksi yang pada intinya menentang klaim
Malaysia. Dari yang sekedar gerakan moral sampai yang extrem dengan melakukan
sweeping warga Malaysia.
Terlepas dari benar tidaknya gerakan yang dilakukan oleh warga Indonesia
tersebut, hal ini menunjukkan rasa cinta budaya yang sangat tinggi, sehingga tidak
rela jika warisan budaya bangsa di akui sebagai milik orang lain.
Namun pertanyaannya, tindakan apakah yang pernah kita lakukan untuk
melestarikan budaya bangsa ini? sudahkah kita benar-benar mencintai dan
berusaha melestarikannya?
Jangan-jangan kita hanya bisa
berkoar-koar menolak klaim-klaim Malaysia, namun tidak pernah melakukan
tindakan nyata dalam melestarikannya.
Pernahkan kita menghadiri dan menyaksikan pagelaran wayang kulit, wayang
orang, ludruk, tari-tarian tradisional, atau pagelaran seni tradisional
lainnya?
Lihatlah berapa orang yang menghadiri pertunjukan ludruk, wayang orang,
wayang kulit dan yang lain?
Kalaupun ada, kebanyakan adalah orang-orang tua. Cobalah hitung berapa
banyak generasi muda yang hadir. Bandingkan dengan pagelaran musik dangdut,
pop, rock dan lainnya.
Menyedihkan memang. Kecintaan akan
budaya bangsa, tidak bisa hanya diwujudkan dengan pernyataan-pernyataan kosong
tanpa tindakan nyata.
Dulu ketika kecil, aku pernah nonton pertunjukan wayang orang dan
ludruk. Selalu saja, ketika pulang perasaan senang menggelayut di hati, setiap
adegan terekam dengan baik di benakku dan aku sangat menikmatinya serta merasa
bahwa aku terlibat di dalam cerita tersebut dan akulah pemeran utamanya. Aku
membayangkan menjadi Arjuna yang sakti mandraguna dan menjadi pria paling
tampan di dunia.
Aku juga suka menikmati komik
perwayangan yang ditulis oleh Kosasih. Kalau sudah ada komik di tangan , tidak
akan terlepas sebelum ceritanya tamat. Ke WC pun di bawa.
Kini, kemana kita bisa nonton wayang
orang? TV pun tidak ada yang menayangkan wayang orang, paling-paling ketoprak
yang sudah dimodernisasi menjadi ketoprak humor. Kini juga sudah jarang ketoprak humor yang ditayangkan. Akankah wayang orang dan yang
lain akan tergilas modernisasi budaya? dan kemudian diklaim oleh bangsa lain sebagai warisan nenek moyang mereka?
Suatu saat akan ada yang mengatakan,
lebih baik budaya kita lestari dan hidup di tangan bangsa lain, dari pada punah
di tangan bangsa sendiri. Akankah?
by Samy M
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan...